4.30.2010

Do’a Sehari-hari

Berikut adalah do’a sehari-hari dengan sumber hadits yang jelas.

Kumpulan do’a dalam Al Qur’an dan Hadits 

1.Do’a Sebelum Makan


Allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaari Bismillahirrahmaaniraahiimi.


Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)


2. Do’a Sesudah Makan


Alhamdulillahilladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiina


Artinya : Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami muslim. (HR. Abu Daud)


Alhamdulilaahilladzi ath’amanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwwatin.


Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melipahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Al Ma'tsurat

Al ma’tsurat merupakan kumpulan dzikir dan doa yang dikumpulkan oleh Imam Hasan Al Banna yang diambil dari hadits-hadits Nabi saw untuk dibaca oleh setiap anggota jama’ah Ikhwanul Muslimin khususnya atau seluruh kaum muslimin pada umumnya agar senantiasa mengingat Allah swt dan berada dalam ketaatan kepada-Nya.

Imam Al Banna juga meminta agar al ma’tsurat senantiasa dibaca pada saat pagi, mulai dari waktu fajar hingga zhuhur dan pada saat petang mulai dari waktu ashar hingga setelah isya, baik secara berjama’ah maupun sendirian. Beliau mengatakan,”Siapa yang tidak sempat membaca seluruhnya hendaklah dia membaca sebagiannya sehingga kelak ia tidak terbiasa melalaikan dan meninggalkannya.”

Bacaan lengkap al ma'tsurat wazhifah shughro dapat di download di klik disini

Hasan al Banna

Jika kita membicarakan sosok Hasan Al Banna maka kita tidak bisa melepaskannya dari Jama’ah al Ikhwanul Muslimin, karena dia adalah pendiri dan tokoh sentral jama’ah ini.

Hasan Al Banna dilahirkan di kota al Mahmudiyah di Propinsi al Buhairoh, Mesir pada tahun 1906. Ayahnya adalah seorang ulama yang bernama Ahmad Abdurrahman Al Banna.

Di usia 8 th Al Banna disekolahkan di Madrasah Diniyah Ar Rasyad dan pada usianya yang menginjak 12 tahun dia berhasil menghafal setengah Al Qur’an. Bersama teman-teman SD nya dia mendirikan “Perkumpulan Akhlak dan Adab” kemudian “Perkumpulan Mencegah Hal-hal yang Diharamkan”.

Pada usia belum genap 14 tahun ia telah menghafal 2/3 Al Qur’an dan masuk Madrasah Mu’allimin di Damanhur. Pada usia 16 tahun dia masuk Sekolah Tinggi Darul ‘Ulum dan menyelesaikannya dengan mendapatkan ijazah diploma pada usia 20 tahun di bulan Juni 1927. Setelah itu dia memutuskan untuk menjadi seorang guru di Ismailiyah.

Berbagai penurunan kualitas umat, baik dalam skala Mesir maupun internasional bahkan cenderung menuju kehancuran, seperti berbagai kerusakan akidah, dekadensi moral, keadaan Turki setelah PD I yang berada dibawah kekuatan Inggris dan menjadikannya sebuah negara sekuler serta bercokolnya penjajah di bumi Mesir mendorongnya untuk membentuk al Ikhwanul Muslimin pada bulan Maret 1928.

Setelah mendirikan jama’ah Al Ikhwanul Muslimin di Ismailiyah, Hasan Al Banna mulai mendirikan masjid dan tempat pertemuan al Ikhwan, membangun Ma’had Hira al Islamiy, sekolah untuk ibu-ibu kaum mukminin yang menjadikan da’wah Ikhwan mulai dikenal dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Pada tahun 1933, Hasan Al Banna pindah ke Kairo yang kepindahannya ini menjadikan berpindah pula Kantor Pusat al Ikhwanul Muslimin kesana. Sejak di Kairo, beliau selalu melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk melakukan pembinaan para anggota ikhwan yang baru tentang akhlak berda’wah dan membekali mereka agar memiliki ketahanan didalam mengemban beban-bebannya. Pekerjaan ini terus dilakukannya hingga jama’ah al Ikhwanul Muslimin memenuhi seluruh tempat di Mesir.

Hal itu pun didukung dengan berbagai strategi da’wah yang dipusatkan di Kairo diantaranya :

1. Berbagai ceramah, ta’lim di masjid-masjid.
2. Menerbitkan Risalah “al Mursyid al ‘Am”, majalah pekanan “al Ikhwanul Muslimin” kemudian majalah “An Nadzir”
3. Mengeluarkan surat-surat dan buletin.
4. Membentuk syu’bah-syu’bah (cabang-cabang) di dan luar Kairo.
5. Membentuk organisasi kepanduan & olah raga.
6. Memfokuskan da’wah ke kampus dan sekolah.
7. Mu’tamar dan dauroh di Kairo & kota-kota lain.
8. Menghidupkan kembali syi’ar-syi’ar islam di Kairo dan kota-kota lain.
9. Munashoroh negeri-negeri islam terutama Palestina.
10. Mengambil peran dalam perbaikan politik dan sosial.
11. Ikut serta dalam memerangi kristenisasi.
12. Mengingatkan kelalaian penguasa terhadap islam.

Hal itu menjadikan pemerintah Kolonial Inggris geram sehingga mereka membuat langkah-langkah untuk memadamkan cahaya da’wah dengan melakukan :

1. Menjauhkan para pendukung Hasan Al Banna dari semua kursi pemerintahan di Mesir.
2. Memutasikan Al Banna dari pekerjaannya di Kairo ke Qana.

Hingga akhirnya al Ikhwanul Muslimin dibubarkan untuk pertama kalinya pada tahun 1942 dan menutup seluruh cabang-cabangnya.

Pada Oktober 1946 mulailah terjadi pegolakan di Mesir yang ditandai dengan berbagai demonstrasi mahasiswa yang dipelopori oleh para mahasiswa Ikhwan. Demonstrasi ini terus berlangsung hingga pada 9 Februari 1947 beberapa mahasiswa Ikhwan menjadi syuhada dalam sebuah Long March menuju istana Abidain

Pengawasan pemerintah terhadap para aktivis ikhwan pun diperketat sejak bulan Juni hingga Agustus 1947. Dan siapapun yang dianggap mencurigakan dan berbahaya akan ditangkap, dan puncaknya adalah pada bulan September 1947 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap anggota ikhwan oleh Pemerintahan Ismail Shidqi. Tidak kurang dari 40.000 anggota ikhwan ditangkap dan dipenjarakan. Tindakan sewenang-wenang ini pun berlanjut dengan penangkapan para tokoh Ikhwan pada tanggal 16 November 1947 yang menjadikan kerusuhan di Mesir semakin meluas. Puncak dari itu adalah jatuhnya Ismail Shidqi pada tanggal 8 Desember 1947.

Permasalahan Mesir pun dibawa ke dewan Keamanan PBB seperti yang diusulkan ikhwan. Pada kesempatan ini ikhwan pun mengirimkan utusannya yang bernama Mustafa Mukmin ke sidang Dewan Keamanan PBB namun beliau diusir ke luar gedung sehingga dia berpidato di luar gedung Dewan yang cukup menyita banyak perhatian orang-orang yang melintas, termasuk para imigran dari Asia dan Afrika. Hasan Al Banna pun mengirimkan surat ke Dewan Keamanan PBB agar Inggris ditarik dari Mesir dan menyatukan Wadi an Nil.

Berbagai konspirasi internasional pun terus dilakukan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Perancis yang mendesak pembubaran al Ikhwanul Muslimin untuk yang kedua kalinya. Sehingga pada 8 Desember 1948 ada sebuah instruksi militer tentang pembubaran Jama’ah al Ikhwanul Muslimin dan menyita seluruh aset-asetnya.

Sejak itu kembali terjadi berbagai penangkapan terhadap banyak kader dan tokoh-tokoh ikhwan hingga puncaknya adalah penembakan Imam Hasan Al Banna, pada tanggal 11 Februari 1949 di depan kantor Asy Syubbanul Muslimun oleh segerombolan orang yang mengenai lambung dan tangan beliau.

Al Banna sempat dibawa ke RS al Qashrul Aini dan ketika seorang dokter muslim yang bernama Abdullah al Katib ingin memeriksanya maka ia pun dilarang. Hingga pada malam harinya, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir,

Pada pukul 01.00 dini hari (12 Februari 1949) datang serombongan orang menemui ayahnya dan memberitahukan kematiannya dan mengatakan kepadanya bahwa jenazah Hasan Al Banna bisa diambil dengan syarat tidak ada iring-iringan pelepasan jenazah dan pemasangan tenda di rumahnya.

Pada keesokan harinya, ayahnya sendiri dengan ditemani oleh Mukram dan beberapa saudara perempuannya mengurusi jenazahnya serta mengantarkannya ke pemakaman Imam Syfi’i dengan dikawal oleh tank-tank berlapis baja. (dari berbagai sumber)

Demikianlah sejarah ringkas kehidupan seorang muassis (pendiri) sebuah jama’ah besar yang da’wahnya hingga hari ini terus menyinari banyak tempat di bumi. Kehidupan seorang yang menghabiskan waktunya untuk umat dan da’wah yang itu semua dibuktikan dengan gugurnya beliau ditangan orang-orang zhalim yang menghendaki cahaya kebenaran ini padam namun mereka lupa bahwa da’wah ini bukanlah milik Hasan Al Banna atau para pengikutnya yang setiap saat bisa mengalami kematian dan digantikan oleh generasi berikutnya. Sesungguhnya da’wah ini adalah milik Allah Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, firman Allah swt :

يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ


Artinya : “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS. Ash Shaff : 8)

Doa Ketika Masuk Pasar



Bismillahi allahumma inni as-aluka khaira hazihis suqi wa khaira ma fiha wa a’uzubika min syarri hazihis suqi wa min syarri ma fiha. Allahumma inni a’uzubika an usiba fiha yaminan fajiratan au safqatan khasiratan.

Artinya: “Dengan nama Allah, ya Allah aku mohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada di dalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan.”

Doa Ketika Melihat Anak Baru Lahir


Inni u’izuka bikalimatillahit tammati min kulli syaitanin wa hammatin wa min kulli a’inin lammatin.

Artinya: “Aku berlindung untuk anak ini dengan kalimat Allah Yang sempurna dari segala gangguan binatang serta gangguan sorotan mata yang dapat membawa akibat buruk bagi apa yang dilihatnya.”

Doa Menjenguk Orang Sakit


Allahumma rabbannasi azhibil ba’sa isyfi antasy syafi la syifa’a illa syifauka syifa’an la yugadiru saqaman, imsahil ba’sa rabbul ba’si biyadikasy syifa’u la kasyifa lahu illa anta as-alullahal ‘azimi, rabbal ‘arsyil ‘azimi an yasyfika.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan segala manusia, jauhkanlah kesukaran atau penyakit itu dan sembuhkanlah ia Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada obat selain obat-Mu, obat yang tidak meninggalkan sakit lagi, hilangkanlah penyakit itu, wahai Tuhan pengurus manusia. Hanya pada-Mu lah obat itu. Tak ada yang dapat menghilangkan penyakit selain Engkau, aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung.”

4.28.2010

MINAPOLITAN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PERIKANAN BERBASIS KLASTER

Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnya. Ketiga, industri perikanan berbasis sumberdaya lokal atau dikenal dengan istilah resources-based industries dan keempat, Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya ikannya. Dengan potensi tersebut sumber daya perikanan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif untuk menjadi sektor unggulan.

Minapolitan dan Minapolitik

Jakarta (ANTARA News) – Gebrakan Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) cukup mengejutkan. Produksi perikanan sebesar 8 juta ton pada 2009 akan dipacu 353 persen pada 2014 melalui strategi minapolitan.

Minapolitan adalah strategi pembangunan perikanan berbasis kawasan, yakni Ibarat sebuah mobil, menteri KP saat ini sedang menancap gas. Model tancap gas seperti ini perlu diapresiasi sebagai kesungguhan untuk membangun sektor KP.

Optimisme ini perlu dijaga karena sektor KP ini masih terus dianggap kecil dan kurang strategis. Secara politik juga kurang diperhitungkan. Strategi ini memang mirip dengan strategi para menteri sebelumnya.

Agar Ambisi Bisa Terwujud

Jumat, 16 April 2010 | 05:30 WIB

Dalam masa 100 hari pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad tampil dengan kebijakan ambisius menjadikan Indonesia sebagai produsen ikan terbesar di dunia pada tahun 2015, dengan program andalan: Minapolitan.

Keinginan menjadi produsen terbesar dunia itu sama artinya dengan mengalahkan produsen terbesar China yang produksi ikannya saat ini melampaui 46 juta ton per tahun.

Bila tahun 2009 produksi perikanan budidaya di Indonesia 4,78 juta ton, dalam kurun lima tahun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan lompatan produksi budidaya sebesar 353 persen atau 16,89 juta ton pada 2014.

4.27.2010

MINAPOLITAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (PPS CILACAP)

 1.  LATAR BELAKANG

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencanangkan Visi dan Misi ideal dan brillian merupakan mimpi (dream) yang pantas untuk diwujudkan. VISI adalah ‎”Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015”, sedangkan MISI adalah "Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan"

Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi sebagaimana tersebut di atas telah dirumuskan GRAND STRATEGY (The Blue Revolution Policies):

  • Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi.
  • Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.
  • Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan.
  • Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.


Selain itu, untuk mencapai Visi tersebut‎, Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan program terobosan yaitu pengembangan kawasan-kawasan MINAPOLITAN di berbagai daerah di Indonesia. Kawasan yang memiliki “branding” tertentu seperti kawasan tuna/ cakalang, kampung lele, nila, patin, rumput laut, yang dilengkapi dengan sarana prasarana dan industri penunjang berpotensi untuk dikembangkan menjadi Minapolitan, dengan didukung dan kerja sama berbagai sektor/ instansi terkait seperti Pekerjaan Umum, Kesehatan, Priwisata, Pendidikan Nasional,  PLN, Telkom, PDAM dan lain-lain.

Minapolitan adalah konsep pembangunan ekonomi berbasis perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip-prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Kawasan Minapolitan adalah pusat ekonomi berbasis perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi, perdagangan/pemasaran, pengolahan, komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan kegiatan pendukung lainnya.

Minapolitan bertujuan: meningkatkan produktifitas dan kualitas perikanan,  meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan,  mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat, mengendalikan urbanisasi dari Desa ke Kota, menanggulangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan, menegaskan fungsi kawasan pedesaan, membangun pilar kekuatan ekonomi nasional di pedesaan serta meningkatkan konsumsi ikan perkapita pertahun




2.  TUJUAN

Tujuan umum Minapolitan PPS Cilacap adalah pengembangan PPSC menjadi MINAPOLITAN sebagai pusat ekonomi berbasis perikanan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang diperlukan dan didukung oleh sektor/instansi terkait. Sedangkan tujuan khusus adalah pengembangan PPS Cilacap sebagai pusat Tuna, Cakalang dan Udang di selatan Pulau Jawa, Samudera Indonesia.


3.  SASARAN

Sasaran pengembangan Minapolitan PPS Cilacap adalah berkembangnya kegiatan ekonomi berbasis perikanan di PPS Cilacap dan sekitarnya melalui:

a. Peningkatan produksi dan mutu perikanan

b. Pengembangan industri pengolahan dan pemasaran perikanan

c. Pembangunan sarana prasarana perikanan dan penunjang lainnya

d. Peningkatan dukungan sektor/instansi terkait dalam pembangunan sarana prasarana penunjang dalam mendorong kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat  



4.  Langkah-Langkah Tindak Lanjut

Dalam rangka mewujudkan Minapolitan PPSC perlu diambil langkah-langkah koordinasi dengan instansi dan berbagai pihak terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan instansi terkait di daerah, dibawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap.

2. Pembentukan Kelompok Kerja Minapolitan daerah.

3. Mengundang Tim  evaluasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

4. Peresmian Minapolitan PPSC dan sekitarnya.

Jadilah Kitab Walau tanpa Judul

KH Hilmi Aminuddin

Kun kitaaban mufiidan bila 'unwaanan, wa laa takun 'unwaanan bila kitaaban. Jadilah kitab yang bermanfaat walaupun tanpa judul. Namun, jangan menjadi judul tanpa kitab.

Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.

Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya (hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki "judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.

Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya, dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.

Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot "judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat "kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga.

Minapolitan Nasib Nelayan

Selasa, 6 April 2010 | 04:06 WIB

Hari Nelayan Indonesia yang diperingati hari ini, 6 April, bagai menguak riwayat ”urat nadi” negeri bahari ini. Belenggu kemiskinan dan keterbelakangan hingga kini belum beranjak dari kehidupan nelayan. Ketidakpastian penghidupan membuat sebagian nelayan kecil beralih profesi ke sektor informal.

Berdasarkan data Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), tahun 2003-2008, sekitar 1,2 juta nelayan tangkap sudah meninggalkan laut. Sebagian dari mereka beralih profesi ke sektor informal di luar perikanan tangkap, misalnya menjadi buruh bangunan, buruh pabrik, atau tukang ojek.

Keterbatasan bahan bakar minyak, jeratan utang ke tengkulak, permainan harga jual ikan, dan terbatasnya daya serap industri pengolahan ikan menjadi persoalan klasik yang mendera nelayan hingga hari ini.

Kasus penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia oleh nelayan asing, penangkapan ikan dengan alat tangkap yang merusak lingkungan, dan penangkapan ikan yang tidak dilaporkan adalah lingkaran setan yang menggerogoti daya saing nelayan kecil dan tradisional.

Skenario Minapolitan

Mambaca FOKUS, Komas 16-4-2010, saya tertarik dengan topik, "Minapolitan: Agar Ambisi Bisa Terwujud." Terutama tantangan - Pemerintah pernah membuat program pengembangan Agropolitan, Kawasan Sentra Produksi, KAPET, dst. Yang tidak berlanjut.

Berbagai prsoalan dikemukakan, seperti: dukungan Daerah, pasokan faktor produksi (benih, bahan bakar, energi), dukungan sisi hilir, pemasaran, dst. Anggaran pemerintah. Koordinasi antar lembaga. Termasuk konsistensi Kementerian Kelautan Perikana sendiri, yang dari menteri ke menteri bisa berubah fokusnya antara Kelautan atau Perikanan. Dari artikel itu jelas yang sekarang bias ke budidaya perikanan (air tawar dan laut).

Supaya tak terjebak terlalu optimis atau sebaliknya. Secara umum, saya coba memahami masa depan dengan pendekatan skenario, ada dua Faktor Penting dan Uncertain (di luar kendali institusi), misalnya: Respons Pelaku Ekonomi dan Dukungan Pemda. Kalau dua faktor ini mendukung, maka sustainability Minapolitan bisa terjamin.

Dengan dua Faktor itu sebagai sumbu vertikal dan horizontal, akan terbentuk empat Kuadran probabilitas.
Kwadran-1: Respons PELAKU Usaha Tinggi; Dukungan PEMDA Tinggi
Kwadran-2: Respons PELAKU Tinggi, PEMDA Rendah
Kwadran-3: Respons PELAKU Rendah, PEMDA Tinggi
Kwadran-4: Respons PELAKU Rendah, PEMDA Rendah.