4.15.2011

Insiden Selat Malaka

Insiden Selat Malaka


I Made Andi Arsana - detikNews

Jakarta - Latar Belakang

Kapal Hiu 001 milik petugas Patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengidentifikasi ada dua kapal berbendera Malaysia sedang menangkap ikan di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Selat Malaka. Begitu kedua kapal ini ditangkap dan digiring ke Pelabuhan Belawan, di tengah jalan ada tiga helikopter Malaysia menghalangi. Petugas di dalam helikopter meminta kedua kapal itu dilepas karena menurut mereka, kapal itu masih berada di kawasan ZEE Malaysia. Merasa melakukan hal yang benar, petugas KKP tidak menggubris peringatan itu dan helikopter pun segera menghilang. Silakan baca latar belakang kasus ini di internet.

Fakta dan fenomena di Selat Malaka

1. Di Selat Malaka, Indonesia dan Malaysia sudah menetapkan garis batas landas kontinen tahun 1969. Garis ini hanya membagi dasar laut, tidak terkait dengan air.
2. Garis batas yang membagi air (ZEE) belum ditentukan hingga kini dan nampaknya negosiasi belum mencapai banyak kemajuan.
3. Artinya, telah ada kejelasan pembagian dasar laut dan kekayaan alam terkait (minyak, gas, dll) di Selat Malaka antara Indonesia dan Malaysia tetapi belum ada pembagian jelas untuk tubuh air dan kekayaan alam terkait, terutama ikan. Lihat juga prinsip penguasaan dan berbagi laut antar negara di sini.
4. Meskipun belum ada batas ZEE, Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki klaim sendiri (unilateral). Indonesia mengklaim garis tengah (median line) antara Indonesia (Sumatra) dan semenanjung Malaysia sebagai garis batas ZEE sedangkan Malaysia ingin menggunakan garis batas landas kontinen 1969 sekaligus sebagai garis batas ZEE.
5. Untuk menegaskan klaimnya, Indonesia bahkan sudah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan No 1/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Permen ini membagi-bagi wilayah perairan Indonesia menjadi 11 WPP dengan batas terluar WPP mengikuti batas ZEE baik itu yang sudah ditetapkan dengan negara lain maupun yang diklaim sepihak oleh Indonesia. Kawasan terjadinya insiden di Selat Malaka ini termasuk dalam WPP-571 menurut Permen Kelautan dan Perikanan No 1/2009. setidaknya secara sepihak, adanya Permen ini jelas menguatkan posisi Indonesia, meskipun Permen ini tidak berlaku bagi Malaysia.

4.13.2011

Menyublimkan Kepedihan

Mari bekerja di ladang-ladang amal kita yang sangat luas tanpa batas. Silakan mencela bagi yang hobi mencela. Silakan melaknat bagi yang gemar melakukannya. Silakan berhenti dan menepi bagi yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi. Sekecil apapun langkah kebaikan kita lakukan, pasti tetap menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri.
...

Oleh Cahyadi Takariawan*
Sesungguhnyalah epos setiap pahlawan dan pejuang selalu menyimpan kisah-kisah kepedihan. Karena semua pahlawan, semua orang besar, tidak bisa menghindarkan diri dari keterbatasan dirinya yang tidak dimengerti publik. Kebesaran nama dirinya telah menyihir opini masyarakat, seakan dia adalah manusia tanpa cela, serba sempurna dan serba tidak ada kekurangannya. Di titik ini, setiap pejuang ditempatkan secara terasing, di posisi yang tidak dia kehendaki.

Ada pejuang yang memilih menjaga citra diri dengan mencoba menjadikan dirinya sesuai harapan publik. Tentu ini tidak mudah. Dia adalah magnet bagi kamera media. Omongannya, responnya, perbuatannya, tindakannya, adalah sebuah berita. Semua mata memandang kepadanya, dimanapun ia berada. Tak ada ruang privat lagi bagi orang seperti dirinya. Media bisa masuk ke semua ruang-ruang pribadinya.

Dengan pilihan ini, ia harus menjadi seseorang seperti yang diharapkan publik. Bukan menjadi dirinya sendiri yang memiliki banyak keterbatasan. Namun ia harus menjadi hero, menjadi superman, menjadi seseorang yang selalu diidolakan semua kalangan masyarakat. Tak ada kesempatan bagi dirinya untuk menjadi dirinya sendiri, menjadi manusia biasa yang bisa menangis, bisa salah, bisa lupa, bisa khilaf, bisa berbuat dosa. Dia dipaksa menjadi seseorang seperti harapan masyarakat terhadap sosok pahlawan dan pejuang. Bahwa para pahlawan selalu tampil elegan, tanpa cela, tanpa cacat. Sedikitpun.

Tjilatjap tempo doeloe

Oever van de Kali Joso nabij Tjilatjap 1926
Prauwen op de Kali Jasa te Tjilatjap, gezien vanaf de brug in Mentjeng 1908
Pasar te Tjilatjap 1908
De s.s. Reichenbach en Thüringen aan de steiger in de haven van Tjilatjap, gezien vanaf Noesa Kambangan 1908
Sociëteit aan de haven van Tjilatjap met op de achtergrond een boot in quarantaine 1908
Het stationsemplacement te Tjilatjap 1908
Kenarilaan uitlopende op de sociëteit te Tjilatjap met daarachter de zee en Noesa Kambangan 1895
Woning van de assistent-resident te Tjilatjap 1900
Raden Adipati Tjokrowedono, Bupati Cilacap 1863  
Voorraadloods voor suiker te Tjilatjap 1908

Menghimpun Daun-daun Berserakan

Oleh: Ust. Anis Matta
(Diambil dari buku ‘Dari Gerakan ke Negara’)
-----
Walaupun satu keluarga
Kami tak saling mengenal
Himpunlah daun-daun yang berhamburan ini
Hidupkan lagi ajaran saling mencintai
Ajari lagi kami berkhidmat seperti dulu

Itulah beberapa bait dari sajak doa Iqbal. Mungkin batinnya menjerit pada kesaksiannya atas zamannya; umat ini seperti daun-daun yang berhamburan. Seperti daun-daun yang gugur diterpa angin, tak ada lagi kekuatan yang dapat menghimpunnya kembali, menatanya seperti ketika ia masih menggayut pada pohonnya.

Begitulah kenyataan umat ini; mungkin banyak orang shalih diantara mereka, tapi semuanya seperti daun-daun yang berhamburan, tidak terhimpun dalam sebuah wadah yang bernama jama’ah. Mungkin banyak orang hebat di antara mereka, tapi kehebatan mereka hilang diterpa angin zaman. Mungkin banyak potensi yang tersimpan pada individu-individu di antara mereka, tapi semuanya berserakan di sana sini, tak terhimpun.

4.11.2011

Average High: Bangunnya Orang-orang yang Berselimut

 Oleh: Muhaimin Iqbal*
(Direktur Pengelola Gerai Dinar)


Bila melawan rasa kantuk saja kita tidak bisa, apakah kita akan bisa melawan musuh yang jauh lebih besar dari itu? Bila meninggalkan kenikmatan kehangatan selimut di malam hari saja kita tidak rela, apakah kita akan rela berkorban untuk tantangan yang lebih besar? ...

Di dalam Al-Qur’an ada dua nama surat yang artinya kurang lebih sama, yaitu ‘orang yang berselimut’. Pertama surat Al- Muzzammil dan yang kedua surat Al-Muddatstsir. Yang pertama menyuruh yang diseru bangun dari selimut untuk menegakkan sholat malam, dan yang kedua menyuruh bangun dari selimut untuk kemudian memberi peringatan.

Saya terinspirasi oleh dua surat ini karena merasa begitu beratnya untuk bangun di malam yang dingin, bangun dari hangatnya selimut dan nikmatnya tidur lelap. Tetapi rupanya justru di sinilah letak pembelajarannya bagi orang-orang yang ingin membuat perubahan besar dalam hidupnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakatnya.

4.08.2011

Gempa Cilacap Akibat Deformasi


Gempa 7,1 SR yang mengguncang Cilacap Senin (4/4) pukul 3.06 WIB diduga akibat proses relaksasi yang diikuti deformasi gempa sebelumnya, gempa Pangandaran pada tahun 2006.

"Gempa ini terjadi pada bagian atas gempa susulan akibat proses relaksasi yang diikuti deformasi gempa 2006, yang berdasarkan data masih terjadi hingga saat ini," kata pengamat gempa ITB Irwan Meilano. Gempa Cilacap diketahui terjadi akibat mekanisme normal atau sesar turun. Deformasi terjadi pada patahan seluas seluas 50 km x 25 km. Akibat gempa, diketahui terjadi pergeseran sebesar 1,5 meter.

Gempa Cilacap terjadi di dalam lempeng (interplate) Eurasia, bukan pada bidang kontak lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Karenanya, meski berkaitan gempa Cilacap ini berbeda dengan gempa Pangandaran.

Irwan mengungkapkan, dalam beberapa kasus gempa interplate memiliki potensi tsunami. Tapi, ia menjelaskan bahwa terjadi atau tidaknya tsunami tergantung pada mekanisme gempa dan magnitud gempanya. "Kalau sesar naik itu efektivitas terjadinya tsunami lebih tinggi daripada sesar turun. Tapi walaupun sesar turun kalau magnitudnya besar dan bergesernya banyak, bisa juga terjadi tsunami," jelasnya.

Hingga saat ini belum dilaporkan data kerusakan akibat gempa. Getaran gempa yang terjadi dini hari tersebut sempat membuat masyarakat panik dan mengungsi. Satu orang dilaporkan tewas di pengungsian akibat terkejut dengan adanya gempa. Peringatan tsunami sempat dikeluarkan namun akhirnya dicabut oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pada pukul 4.40 WIB. (Yunanto Wiji Utomo)
Sumber: Kompas