6.02.2010

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP DITINGKATKAN STATUSNYA MENJADI KAWASAN MINAPOLITAN

CILACAP - Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap/PPSC statusnya akan ditingkatkan menjadi kawasan Minapolitan. Minapolitan adalah sebuah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan system management kawasan berdasarkan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselarasi tinggi.

Hal tersebut diungkapkan Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir. Dedy Heryadi Sutisna ketika memimpin rakor program Minapolitan, digedung Jalabumi Cilacap, Selasa (25/05). Rakor dihadiri jajaran kementerian Kelautan dan Perikanan, serta kementerian yang terkait dengan program Minapolitan, Wakil Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, dan SKPD dilingkungan Pemkab Cilacap.
Peningkatan PPSC menjadi Kawasan Minapolitan, mengingat perairan Selatan Cilacap mempunyai potensi sebagai pusat ikan Tuna, Cakalang, dan udang yang bernilai ekonomis tinggi.
Lebih lanjut Dirjen Perikanan Tangkap menjelaskan, bahwa program Minapolitan tidak mungkin bias dikembangkan oleh Kementerian Keluatan dan Perikanan sendiri, tetapi memerlukan partisipasi dari seluruh dinas instansi terkait.



Wakil Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji dalam kesempatan tersebut mengatakan, Kabupaten Cilacap siap mendukung dan siap dijadikan sebagai kawasan Minapolitan. Kesiapan ini tentunya didukung dengan potensi perikanan yang sangat besar di perairan Selatan Cilacap.
Wabup menjelaskan, sumber daya perikanan tangkap di Cilacap sungguh sangat menjanjikan. Pada perikanan laut Cilacap memiliki potensi sebesar 72.000 ton, namun pemanfaatannya baru 21 persen yakni sebesar 14.982 ton. Sedang potensi di perairan umum seperti sungai, genangan dan rawa potensinya mencapai 907 ton dan yang dimanfaatkan baru 472 ton atau sebesar 52 persen.
komoditas unggulan diperairan Selatan Cilacap yakni ikan Tuna, Udang dan Cakalang, yang produksi rata-rata per tahunnya mencapai 3.954 ton lebih atau senilai 47, 964 milyard.
Sementara di perikanan budidaya, khususnya di perairan air payau, komoditas yang diunggulkan adalah ikan banding yang rata-rata produksi per tahun mencapai 369, 19 ton atau senilai 3,3 milyard. Dan udang yang produksinya mencapai 335,45 ton per tahun dengan nilai produksi mencapai 11,8 milyar. Komoditas unggulan lain yakni di perikanan air tawar seperti gurame, ikan mas, lele, nila dan tawes, yang rata-rata produksinya mencapai 2.247 ton per tahun dengan nilai produksi mencapai 5,99 milyar.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap/PPSC, Ir. Mian Sahala Sitanggang, MBA, menjelaskan, disamping berbagai fasilitas yang dimiliki PPSC dalam mendukung program Minapolitan, pihaknya juga masih menemui beberapa kendala, antara lain kurangnya BBM untuk kepentingan nelayan melaut, Pelelangan ikan di TPI PPSC yang belum lancar, dan kurangnnya daya listrik serta pendangkalan kaliyasa.
Lebih lanjut Mian Sahala mengemukakan, saat ini di PPSC hanya terdapat satu SPBU yang di kelola oleh KUD Minosaroyo, dengan kapasitas yang relative rendah yakni 25 kilo liter per hari, dan quota BBM yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kapal penangkap ikan. Pada musim ikan, kebutuhan BBM mencapai 1.200 kilo liter per bulan. Sedang kuota yang ada baru sebesar 950 kilo liter. Jadi masih kurang 250 kilo liter lagi. Untuk mengantisipasi kekurangan BBM tersebut, terpaksa kapal-kapal penangkap ikan dari PPSC mengisi kebutuhan BBM di pelabuhan lain.
Mian Sahala menyampaikan, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, tentunya diperlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti penambahan kuota BBM dari Pertamina. Mendorong KUD Minosaroyo untuk melaksanakan pelelangan ikan, penambahan daya listrik di PPSC, serta pengerukan Kaliyasa oleh Pemkab Cilacap, sehingga kapal-kapal kecil yang berlabuh di daerah tersebut, dapat keluar masuk dengan leluasa. (kontributorHumas Cilacap_ hromly)

1 komentar:

Mencari Cara mengatakan...

maaf mau tanya, apa pantai di arah timur laut breakwater PPS Cilacap mengalami kemunduran garis pantai yang cukup ekstrim ?